Semua orang tercipta dengan berbeda. Ada yang berkulit putih, ada yang berkulit sawo matang, hingga cokelat kehitam-hitaman. Ada yang lahir di tanah tropis, ada yang lahir di tanah super dingin. Ada yang memiliki bakat intelektual, ada yang memiliki bakat musikal.Semuanya itu telah menjadi sebuah takdir yang indah yang dipilihkan Allah untuk para hambaNya sebagai bentuk cintaNya.Tinggal bagaimana seorang manusia berusaha untuk terus memperbaiki dirinya di hadapan Sang Pencipta. Tinggal bagaimana seorang manusia merespon ciptaanNya yang terlahir pada sesamanya. Menghargai, atau bahkan mencela nan menunjukkan rasa tidak suka. Hingga akhirnya sesuatu yang ada pada diri saudara membuat kitaterkadang merasa tidak enak dan seakan-akan tidak normal yang harus mendapatan perlakuan "berbeda". Harus dibedakan dengan sejuntai hinaan bahkan tindakan aneh lainnya setiap bertatap muka
Pasti di antara kita sudah sering mendengar istilah bullying. Ya, bullying. Kata tersebut menjadi sangat fenomenal di kalangan bawah hingga atas.kata yang membuat sebagian orang mungkin merasakan kepuasan tersendiri dan menikmatinya. Namun sebagian orang yang lainnya dapat dipastikan mendapatkan perasaan yang sebaliknya. Terutama untuk "korban bullying" itu sendiri. Bahkan pernah terjadi suatu peristiwa akhr-akhir ini, di mana seseorang ingin mengakhiri hidupnya dengan kata lain bunuh diri akibat tindakan bullyng yang menimpanya.
Lalu bagaimana sebenarnya yang harus dijadikan pemecaan masalah seperti ini? Sebelumnya silakan kunjungi alamat di bawah ini untuk melihat sejenak cuplikan contoh tindakan bullying yang mungkin saja masih terjadi di antara kita. Semoga bermanfaat dan dapat dijadikan sebuah renungan
https://www.youtube.com/watch?v=ti0fMc6M&feature=youtu.be
Monday 1 June 2015
Saturday 30 May 2015
JURNAL PENDIDIKAN
Pendidikan saat ini telah diusahakan untuk menuju peningkatan demi peningkatan. Usaha tersebut salah satunya adalah dengan penerapan metode pembelajaran yang dapat menyentuh sosial dan emosional peserta didik. Berikut beberapa jurnal yang berkaitan dengan pembelajaran sosial-emosional yang dapat diakses pada:
1. http://education.praguesummerschools.org/files/education/patrikakou_6.pdf
2. www.ibe.unesco.org/International/Publications/EducationalPractices/prachome.htm
3. http://www.ekero.se/Global/Uppleva_och_gora/Ung_i_Ekero/Elias,%20The%20connection%20between%20adademic%20and%20social%20emotional%20lerarning.pdf
4. www.researchpress.com—I Can Problem Solve (ICPS);
5. www.quest.edu—Skills for Adolescence; Skills for Action; Violence
Prevention;
6. www.channing-bete.com—Promoting Alternative Thinking Strategies
(PATHS);
7. www.esrnational.org—Resolving Conflict Creatively Program (RCCP);
8. www.responsiveclassroom.org—Responsive Classroom;
9. www.cfchildren.org—Second Step;
10. www.peaceeducation.com—Peace Works;
11. www.open-circle.org —Open Circle/Reach Out to Schools Social
Competency Program;
12. www.umdnj.edu/spsweb; www.EQParenting.com—Social Decision
Making/Social Problem Solving Program;
13. www.tribes.com—Tribes TLC: A New Way of Learning and Being
Together.
14. http://www.curtin.edu.au/curtin/dept/smec/iae
15. www.csee.net
16. http://www.curtin.edu.au/curtin/dept/smec/iae
17. http://www.ibe.unesco.org/International/Publications/pubhome.htm
18. www.CASEL.org
Selain itu pendidikan saat ini untuk mengatasi perkembangan global perlu adanya pengupayaan pembelajaran bahasa global. berikut ini salah satu alamat jurnal yang dapat diakses untuk mengetahui jurnal-jurnal internasional tentang pendidikan bahasa:
1. http://www.macrothink.org/journal/index.php/ijele
1. http://education.praguesummerschools.org/files/education/patrikakou_6.pdf
Introduction
In every society, children will inherit social roles now occupied
by adults. Our education systems have the job of preparing
children for this eventual responsibility. Therefore, around the
world, people want to improve education. Some want to
strengthen basic academic skills; others want to focus on critical
thinking. Some want to promote citizenship or character; others
want to protect children against the dangers of drugs, violence
and alcohol. Some want parents to play a larger role; others
feel the entire community should be involved.
In every society, children will inherit social roles now occupied
by adults. Our education systems have the job of preparing
children for this eventual responsibility. Therefore, around the
world, people want to improve education. Some want to
strengthen basic academic skills; others want to focus on critical
thinking. Some want to promote citizenship or character; others
want to protect children against the dangers of drugs, violence
and alcohol. Some want parents to play a larger role; others
feel the entire community should be involved.
2. www.ibe.unesco.org/International/Publications/EducationalPractices/prachome.htm
3. http://www.ekero.se/Global/Uppleva_och_gora/Ung_i_Ekero/Elias,%20The%20connection%20between%20adademic%20and%20social%20emotional%20lerarning.pdf
4. www.researchpress.com—I Can Problem Solve (ICPS);
5. www.quest.edu—Skills for Adolescence; Skills for Action; Violence
Prevention;
6. www.channing-bete.com—Promoting Alternative Thinking Strategies
(PATHS);
7. www.esrnational.org—Resolving Conflict Creatively Program (RCCP);
8. www.responsiveclassroom.org—Responsive Classroom;
9. www.cfchildren.org—Second Step;
10. www.peaceeducation.com—Peace Works;
11. www.open-circle.org —Open Circle/Reach Out to Schools Social
Competency Program;
12. www.umdnj.edu/spsweb; www.EQParenting.com—Social Decision
Making/Social Problem Solving Program;
13. www.tribes.com—Tribes TLC: A New Way of Learning and Being
Together.
14. http://www.curtin.edu.au/curtin/dept/smec/iae
15. www.csee.net
16. http://www.curtin.edu.au/curtin/dept/smec/iae
17. http://www.ibe.unesco.org/International/Publications/pubhome.htm
18. www.CASEL.org
Selain itu pendidikan saat ini untuk mengatasi perkembangan global perlu adanya pengupayaan pembelajaran bahasa global. berikut ini salah satu alamat jurnal yang dapat diakses untuk mengetahui jurnal-jurnal internasional tentang pendidikan bahasa:
1. http://www.macrothink.org/journal/index.php/ijele
Labels:
Jurnal
Thursday 7 May 2015
JURNAL PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KESTABILAN EMOSI PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 TRUCUK KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Labels:
Jurnal
Mengatasi Bosan
Menurut penulis, jiwa
yang bosan akan mudah mengarah pada jiwa yang kosong. Sedangkan jiwa yang
kosong lebih mudah mengarah pada hal-hal yang negatif. Kekosongan jiwa atau pun
terpenuhinya jiwa dengan semangat membuncah, merupakan sesuatu yang bergantung
pada sebuah usaha.
Adakalanya perasaan bosan
muncul dengan semua rutinitas harian yang terlewati. Tak jarang hal itu membuat
semangat menjadi menurun, dunia serasa penuh sesak. Produktivitas harian
menjadi kacau dan berantakan. Kebosanan itu setidaknya harus dihadapi dengan kegiatan
lebih kreatif. Mencoba hal-hal yang baru.
Salah satunya adalah
dengan mempelajari sang alam yang masih begitu banyak menyimpan sejuta bahkan
lebih tanda-tanda kekuasaanNya.
”Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau,maka
peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS.Ali Imran [3]:190-191)
Banyak hal-hal baru yang
dapat dilakukan dan diamati. Kejadian demi kejadian setidaknya dapat
menstimulus keinginan kita untuk mempelajarinya. Ketika hal-hal yang baru
tersebut dapat menjadikan kita lebih dekat denganNya, mengapa tidak kita ambil.
Karena setidaknya pengetahuan akan mengarahkan pada indahnya keimanan. Tentu dalam
keimanan yang agung, jiwa tak kan lagi kosong karena telah terpenuhi cinta. Tentu
dalam keimanan yang agung, jiwa tak kan lagi bosan dengan rutinitas amalan yang
menjadi amanah untuk terus dilakukan. Tentu dalam keimanan yang tinggi, jiwa kan
terus dan terus merasa kurang untuk hanya melakukan rutinitas hari-hari biasa. Jiwa
akan merasa ingin lebih meningkatkan amalan lebih dari sekadar rutinitas.
Maka melihat, mendengar, mengamati,
merasai serta menghayati seluruh kejadian yang terjadi di alam semesta ini semoga
menjadi titik balik yang mengubah semua keadaan yang membosankan menjadi
gairah-gairah bermakna yang melahirkan karya terhebat, hingga Allah Rasulullah
dan orang-orang beriman pun melihat karya tersebut.
Labels:
Article
,
muhasabah sentences
Karya Ilmiah
Menciptakan Budaya Islami di Lingkungan Sekolah
(Keterkaitan Antara Kepala Sekolah dengan Penciptaan Budaya Islami di
Lingkungan Sekolah)
Oleh: Latifatul Fajriyah
KATA PENGANTAR
Syukur penulis haturkan kepada Allah
SWT Yang telah memberikan hidayah dan bimbinganNya untuk dapat terselesaikannya
karya ilmiah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW serta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Karya ilmiah dengan judul “Menciptakan Budaya Islami di Lingkungan Sekolah”
ini disusun untuk memenuhi tugas Uji Kompetensi II mata kuliah Budaya dan
Tata Nilai Manajerial Kependidikan semester IV, program studi Pendidikan Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih terutama kepada Drs. Syamsudin, M.Pd selaku dosen pengampu yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun karya ilmiah ini.
Dari penyusunan karya ilmiah ini penulis berharap adanya sebuah manfaat yang
besar bagi pengembangan ilmu pendidikan khususnya.
Penulis
A. PENDAHULUAN
Budaya Islami setidaknya berkaitan dengan budaya yang diusung melalui
syariat Islam sebagai pedoman yang digunakan. Budaya Islami di sekolah
merupakan sebuah wacana yang sangat perlu untuk dikembangkan dan diberdayakan
mengingat begitu banyak permasalahan hidup yang belum terselesaikan akibat
belum kembalinya titik penyelesaian dengan cara-cara Islami.
Berkaitan dengan budaya Islami di sekolah tentunya ada pemeran-pemeran
tertetu yang menjadi tonggak utama dalam pembentukannya. Perlunya pembahasan
mengenai tonggak utama tersebut memberikan gambaran bahwa budaya Islami sangat
dipengaruhi dengan segala yang ada/dilakukan oleh pihak tersebut. Secara tidak
langsung pemenuhan terciptanya budaya Islami sangat berhubungan erat dengan
keadaan pihak utama dalam pembentukan budaya di sekolah.
B. ISI
Menurut Musa Asy’arie,
kebudayaan merupakan proses sebagai eksistensi hidup manusia, kebudayaan adalah
suatu kegiatan total diri manusia, yang meliputi akal yaitu pemikiran dan zikir
serta kesatuannya dalam perbuatan.[1] Selain
itu, budaya sekolah juga diartikan sebagai seperangkat norma, nilai,
kepercayaan, ritual, seremoni, simbol, dan cerita yang meliputi seluruh person
di sekolah. [2]
Sedangkan budaya
sekolah sendiri merupakan transmisi secara sejarah, bentuk makna meliputi
norma, nilai, kepercayaan, seremoni, ritual, tradisi, dan pemahaman mitos oleh anggota
masyarakat sekolah.[3]
Adanya budaya sekolah sangat
berpengaruh dengan hasil pendidikan. Budaya sekolah sangat berkaitan dengan
perilaku sekolah yang akan timbul sebagai cerminan dari budaya tersebut. Budaya
yang buruk akan melahirkan ekosistem pendidikan yang buruk, dan sebaliknya
budaya yang baik akan melahirkan ekosistem pendidikan yang produktif dan
efektif dalam pencapaian tujuan.
Dengan adanya siklus
timbal balik antara budaya dengan hasil pendidikan, maka sangat diperlukan
adanya budaya sekolah yang matang, mengarahkan segala bentuk kegiatan yang
tercermin dalam proses panjang pendidikan. Dalam buku Manajemen Pendidikan
karya Prof. Dr. H. Muhaimin dan lainnya disebutkan bahwa sebenarnya budaya
sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara
nilai-nilai (values) yang dianut oleh kepala sekolah/madrasah sebagai
pemimpin dengan nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang
ada dalam sekolah/madrasah tersebut.[4] Hal
tersebut mengindikasikan bahwa budaya sekolah yang baik dapat tercapai dari
tonggak utama penciptaan nilai-nilai yaitu kepala sekolah.
C. PEMBAHASAN
Budaya sekolah sebagai
bagian dari budaya korporat memiliki beberapa ciri di antaranya adalah terdapat
pemisahan kekayaan (antara milik indvidu/keluarga/kelompok dengan milik
organisasi sebagai badan hukum), pemisahan tanggungjawab antara pemlik dan
pelaksana, mengutamakan kepentingan pelanggan, bekerja dengan sistem, adanya
pencatatan dan transparansi, adanya pertanggungjawaban, bergerak dengan
strategi dan rencana kerja, serta adanya upaya regenerasi berkelanjutan.[5]
Nilai-nilai yang dianut
di dalam sekolah/madrasah dibangun oleh pikian-pikiran manusia yang ada dalam
sekolah/madrasah. Pertemuan pikiran-pikiran manusia tersebut kemudian
menghasilkan apa yang disebut dengan “pikiran organisasi”.(Kasali, 2006)
Mengenai pikiran
organisasi tersebut penjelasan Muhaimin dan rekan-rekan bahwa sebelum sekolah
atau madrasah memiliki kecukupan untuk menjadi unggul, maka paradigma berpikir
orang-orang di sekolah/madrasah tersebut harus diubah terlebih dahulu untuk
mampu mengimplementasikan berbagai nilai-nilai menuju keunggulana. Disinilah
peran penting pemimpin dalam menuju keunggulan, yaitu mengubah paradigma
beripikir orang-orang yang ada di sekolah/madrasah.[6]
Sedangkan alasan
mengapa kewajiban pengubahan tersebut berada pada kepala sekolah karena kepala
sekolah sebagai pemimpin memiliki kecukuan wewenang dalam organisasi untuk
melaksanakan perubahan dalam bentuk yang radikal seksalipun.[7] Kedekatan
antara terbentuknya budaya sekolah/madrasah dengan nilai-nilai yang ditanamkan
oleh kepala sekolah memberikan sebuah konsekuensi tersendiri bagi kepala
sekolah atas semua keputusan yang diambil. Kepala sekolah harus memiliki
komitmen yang kuat dalam menerapkan budaya sekolah. Seperti halnya pimpinan
harus memiliki komitmen kuat menerapkan budaya organisasi, setelah itu baru
dapat diinternalisasi kepada personil.[8]
Dalam sebuah riset
internasional tentang karakteristik para pemimpin dunia yang sangat berhasil,
dan hasil riset tersebut menunjukkan bahwa hampir semua karakter mereka adalah
sama yaitu mengimplementasikan dengan sungguh-sungguh beberapa nilai yang
menjadi akhlak Rasulullah SAW. (Agustian, 2007)
Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa adanya fenomena yang begitu menjamin kebenaran Islam
dijadikan pedoman hidup, termasuk dalam pembentukan suatu budaya masyarakat
sekolah. Hal ini berarti bahwa pemimpin/kepala sekolah yang dapat dipercayakan
sebagai tonggak utama dalam ketercapaian budaya sekolah yang baik adalah kepala
sekolah yang mampu menerapkan budaya Islami berdasar akhlak-akhlak Rasulullah
SAW.
Penelitian yang
dilakukan oleh Covey (2005), dalam surveynya terhadap 54.000 orang dan minta
kepada mereka untuk menyebutkan kualitas pemimpin yang diinginkannya memberikan
hasil secara berurutan sebagai berikut: (1) Integritas, (2) Komuniator, (3)
Berorientasi ada manusia, (4) Visioer, (5) Peduli, (6) Pengambil Keputusan, (7)
Penuh Dedikasi, (8) Panutan, (9) Motivator, (10) Ahli dan pemberani. Kesemua
hal tersebut juga merupakan akhlak Rasulullah SAW.[9] Sebagai kepala sekolah tentunya dalam menciptakan
budaya sekolah harus memperhatikan pengembangan karakter pribadinya. Semampu
mungkin untuk dapat menjadi seorang pemimpin yang terus berusaha agar memiliki
standar kepemimpinan yang sesuai Rasulullah SAW.
Sedangkan dalam
pelaksanaan penciptaan budaya Islami di sekolah, kepala sekolah harus
mengimplementasikan nilai-nilai. Sebab nilai-nilai mempengaruhi cara bertindak
seseorang. Apabila nila-nilai diimplementasikanoleh keseluruhan/sebagian besar
orang-orang di organisasi, maka tentu akan mempengaruhi organisasi tersebut,
termasuk produktivitas organisasi.[10]
Berikut gambar
nilai-nilai prioritas sesuai dengan kondisi lingkungan dan fokus
sekolah/madrasah yang dikutip dari buku karya Muhaimin dkk., Manajemen
Pendidikan:
Internal Fokus Sekolah/Madrasah
|
Eksternal
|
Inovatif, Adaptif, Bekerja Keras, Dan Peduli Terhadap
Orang Lain
|
Disiplin, Jujur, Sederhana Antara Orang Dan Bagian,
Dan Berwawassan Luas
|
Internal
|
Inisiatif, Kebersamaan, Tanggung Jawab, Rasa
Memiliki, Dan Komitmen Terhadap Lembaga
|
Kerja Sama, Saling Pengertian, Semangat Persatuan,
Taat Asa, Memotivasi, Dan Membimbing
|
|
|
|
Labil
|
Stabil
|
|
Kondisi
Lingkungan
|
Gambar nilai-nilai
prioritas sesuai dengan kondisi lingkungan dan fokus sekolah/madrasah
Setidaknya nilai-nilai
tersebutlah yang harus dijadikan acuan yang dikembangkan dalam menciptkan budaya
Islami di sekolah/madrasah.
Sebelum menerapkan
semua nilai-nilai apa yang akan dikembangkan dalam budaya sekolah, tentunya
kepala sekolah beserta jajaran pendidik harus menganalisa keadaan yang ada
dalam sekolah/madrasah itu sendiri. Sehingga dapat lebih mudah untuk menyusun
tujuan-tujuan dan langkah-langkah selanjutnya. Analisa tersebut dapat mengacu
pada sistem SWOT (Strenght, Weekness, Opportunity and Threat) keadaan budaya
yang ada.
D. PENUTUP
Menciptakan budaya
Islam di dalam sekolah merupakan peran besar bagi setiap pihak sekolah,
namunpihak yang memiliki peran paling srategis yang mentukan berhasil atau
tidaknya menciptakan budaya tersebut adalah kepala sekolah. sebab kepala
sekolah sebagai pemimpin memiliki kecukupan wewenang dalam organisasi untuk
melaksanakan perubahan dalam bentuk yang radikal seksalipun.
Maka dari perlu adanya
karakter kepala sekolah sebagai pemimpin yang berkarakter Islami seperti
Rasulullah SAW. Dengan beberapa prioritas nilai-nilai yang diterapkan dalam
kehidupan kesehariannya sehingga internalisasi nilai-nilai budaya Islami di
sekolah terhadap seluruh pihak sekolah dapat terwujud dengan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Asyarie, Musa.1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an.
Yogyakarta: LESFI.
Mangkumanegara, Anwar.
(2005). Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Refika Aditama.
Muhaimin, dkk. (2009). Manajemen Pendidikan
Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah.
Jakarta: KENCANAPRENADA MEDIA GROUP.
Diajukan Untuk Memenuhi UK II
Mata Kuliah Budayadan Tata Manajerial Kependidkian Semester IV
Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
[1] Musa Asy’arie, 1992, Manusia Pembentuk
Kebudayaan dalam Al-Qur’an, Yogyakarta: LESFI, hal. 98
[2] Peterson, D, Kent, at issue Culture: Positive or
Negative. National Staff Development Council: JSD Summer, 2002
[4] Muhaimin, hal.
50
[5] Muhaimin, hal.
47
[6] Muhaimin, hal.
52
[7] Muhaimin, hal.
52
[9] Muhaimin,
hal.50
[10] Muhaimin, hal.
53
Labels:
Islamic Education